KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh. alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
Rahmat, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan
melengkapi tugas “Pendidikan Seni Tari dan
Drama” . Makalah ini berisikan tentang “Profil Guru yang Dibutuhkan untuk
Membimbing Pengalaman Seni Tari-Drama di SD”. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca. Makalah
ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, 15 April 2015
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar …………………………………… 1
Daftar Isi
…………………………………………… 2
BAB I.
PENDAHULUAN
Latar
Belakang ……………………………………… 3
Tujuan
Penulis …………………………………… 3
BAB II.
PEMBAHASAN
A. Profil
Guru yang Dibutuhkan untuk Membimbing
Pengalaman
Seni Tari-Drama di SD…………… ................................................4
B.
Kemampuan yang
dibutuhkan guru Sekolah Dasar
untuk dapat melaksanakan kegiatan seni…………………………………...........7
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
………………………………………… ......................................17
Daftar
Pustaka ……………………………………….............................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tari merupakan mata pelajaran seni yang sangat
ditunjang oleh bakat dan kemampuan fisik. Tidak ada yang dapat meragukan hal
ini. Orang yang sudah terbiasa menari pastilah akan kelihatan kelihaiannya
dalam membawakan tarian, sedangkan orang yang belum terbiasa menari juga akan
kelihatan kalau dia masih kaku dan belum lihai. Dalam dunia pendidikan sangat
dianjurkan agar mengajarkan seni tari sebaiknya dimulai sejak dini agar si anak
bisa mengolah bakat apa yang dimilikinya dan di kala besar nanti bisa
mengembangkanlebih jauh apa bakat dia. Separti halnya seni tari,
sebaiknya diajarkan kepada anak sekolah dasar lebih dini agar anak tidak kaku
sewaktu di tingkat yang lebih tinggi ada mata pelajaran tari. Sebagai contoh,
ada seorang mahasiswa dari jurusan yang notabene nya bukan dari seni tari
maupun pendidikan seni tari di semester ke tiga, terdapat mata kuliah seni
drama tari yang si akhir semester harus membawakan pagelaran drama tari. Dia
sungguh bingung. Dalam hatinya berbisik dan sedikit kecewa karena dari SD
hingga SMA belum pernah ada pembelajaran tari. Alhasil, tari yang dibawakannya
juga tidak seoptimal yang dia harapkan.
Dari contoh di atas, ternyata pembelajaran tari di SD
sangat penting untuk membentuk karakter anak dan meningkatkan bakat yang telah
dimilikinya. Seperti kita ketahui, pendidikan itu tidak hanya menampilkan aspek
akademiknya saja, namun aspek rohani dan jasmani juga penting untuk menunjang
keberhasilan psikomotorik anak. Untuk itu dalam makala ini akan diulas lebih
jauh mengenai Perkembangan Seni Drama
tari di Sekolah Dasar dan Profil Guru yang Dibutuhkan
untuk Membimbing.
B.
Tujuan Penulis
Adapun
tujuan penulisan makalah ini guna
memenuhi tugas Pendidikan Seni Tari dan Drama. Manfaat yang dapat di peroleh oleh penyusun melalui
makalah ini yaitu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu acuan dalam membuat
makalah berikutnya, sehingga dalam penyusunan makalah yang akan
datang hal-hal yang sudah baik di tingkatkan dan yang salah diperbaiki serta
untuk menambah wawasan kami mengenai seni tari dan drama di SD. Melalui makalah ini manfaat yang dapat diperoleh
oleh kami adalah setalah membaca makalah ini, kami dapat mengerti dan memahami tentang
Profil Guru Seni Tari-Drama di SD serta menemukan cara-cara untuk mengatasi permasalahan
membimbing anak di SD mengenai kegiatan Seni.
BAB II
PEMBAHASAN
E. Profil Guru yang
Dibutuhkan untuk Membimbing Pengalaman Seni Tari-Drama di SD
Sebelum membahas tentang profil guru yang dibutuhkan
untuk membimbing pengalaman seni tari dan drama di SD, terlebih dahulu kami
akan sedikit mengulas mengenai 4 kompetensi wajib yang harus dikuasai oleh
seorang guru. Kompetensi ini tidak hanya dibutuhkan untuk guru mapel pokok saja
namun juga akan sangat dibutuhkan oleh guru diluar mapel pokok, misalkan guru
seni,guru komputer,bahkan pembina pramuka dll.
Untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas, guru
harus menguasai 4 kompetensi. Keempat kompetensi yang harus dikuasai guru untuk
meningkatkan kualitasnya tersebut adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Guru harus
sungguh-sungguh dan baik dalam menguasai 4 kompetensi tersebut agar tujuan
pendidikan bisa tercapai.
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang merupakan
kompetensi khas, yang membedakan guru dengan profesi lainnya ini terdiri dari 7
aspek kemampuan, yaitu:
1. Mengenal
karakteristik anak didik
2. Menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
3. Mampu
mengembangan kurikulum
4. Kegiatan
pembelajaran yang mendidik
5. Memahami dan
mengembangkan potensi peserta didik
6. Komunikasi
dengan peserta didik
7. Penilaian dan
evaluasi pembelajaran
Kompetensi
Profesional.
Kompetensi ini dapat dilihat
dari kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan ilmu terkini karena
perkembangan ilmu selalu dinamis. Kompetensi profesional yang harus terus
dikembangkan guru dengan belajar dan tindakan reflektif. Kompetensi profesional
merupakan kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang meliputi:
Konsep, struktur, metode
keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar. Kompetensi
secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan
budaya nasional
Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial bisa dilihat
apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik
serta guru-guru lainnya. Kompetensi sosial yang harus dikuasai guru meliputi:
-
Berkomunikasi lisan
dan tulisan
-
Menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
-
Bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik
-
Bergaul secara
santun dengan masyarakat sekitar
-
Bertindak sesuai
dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia
-
Menunjukkan pribadi
yang dewasa dan teladan
-
Etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi ini terkait dengan
guru sebagai teladan, beberapa aspek kompetensi ini misalnya:
-
Dewasa
-
Stabil
-
Arif dan bijaksana
-
Berwibawa
-
Mantap
-
Berakhlak mulia
-
Menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat
-
Mengevaluasi
kinerja sendiri
-
Mengembangkan diri
secara berkelanjutan
Keempat kriteria tersebut
biasanya didapat dan dikembangkan ketika menjadi calon guru dengan menempuh
pendidikan di perguruan tinggi khususnya jurusan kependidikan. Perlu adanya
kesadaran dan keseriusan dari guru untuk mengembangkan dan meningkatkan
kompetensinya. Karena kian hari tantangan dan perubahan zaman membuat proses
pendidikan juga harus berubah.
Selain itu terdapat juga sikap
yang harus ditekankan sebagai seorang guru tanpa terlepas dari ke-4 sikap
diatas, terlebih lagi jika sasaran didiknya adalah anak SD. Mengingat anak SD
adalah termasuk dalam kategori anak yang masih “moody” yaitu apa yang dijalani
atau dilakukan semua tergantung suasana hati atau mood. Hal ini banyak terjadi
pada PAUD dan anak SD kelas rendah. Sikap yang dimaksudkan adalah “Sikap sebagai seorang teman” Salah satu sikap guru yang
diharapkan dapat membimbing pengalaman seni tari-drama anak tingkat Sekolah Dasar adalah guru yang
bersikap sebagai seorang teman.
Yang dimaksudkan “sebagai seorang teman“ adalah Seorang guru yang
dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individu, seperti
layaknya seorang teman terhadap temannya sendiri agar kesulitan belajar anak
didik lebih mudah dipecahkan. Selain itu guru juga dapat beradu
argumentasi dalam diskusi secara informal. Guru tidak merasa direndahkan jika
murid tidak sependapat, atau memang pendapat murid yang benar, dan menerima
saran murid yang masuk akal. Hubungan guru dan murid mengutamakan nilai-nilai
demokratis.
Guru yang dengan sikap
demikian kepada siswanya akan mengembangkan kondisi memberi dan menerima yang sehat dan mendorong sikap
berbagi-bagi pengalaman. Jika guru mempunyai antusiasme yang tinggi dalam
proses pembelajaran, maka ia tidak akan kekurangan inspirasi termasuk dalam
menghadapi siswanya. Guru yang kreatif, sensitif (peka), akan menemukan banyak
hal dalam pengalaman mengajarnya dan menjadikan setiap saat menarik, merangsang
keinginan anak untuk belajar,
dan tidak membosankan bagi anak-anak. Jika perlu, guru harus mengkhayalkan
sesuatu yang lebih baik, lebih menarik atau lebih memuaskan. Guru yang matang
secara emosial dan intelektualnya akan dapat mengembangkan semua kecakapannya
dalam belajar berekspresi melalui berbagai cara.
Melalui latar belakang pendidikan itu guru berusaha memahami anak,
bagaimana mereka tumbuh secara
biologis, bagaimana mereka berkembang secara psikologis. Jadi ia mengenal
proses belajar secara teotritis dan melalui pengalaman. Penampilan guru yang
kreatif dapat dilihat jelas pada minatnya terhadap kualitas seni. Guru perlu
menyenangi benda-benda yang baik, berpenampilan rapi dan penuh perhatian
terhadap pengalaman seni yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya maupun
oleh anak didiknya.
Kemampuan
yang dibutuhkan guru Sekolah Dasar untuk dapat melaksanakan kegiatan seni
Guru harus mempunyai kemampuan untuk
menilai segala sesuatu yang dilakukan murid dan mendorong mereka agar selalu
antusias terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Dalam
hal ini guru harus
berkemampuan kreatif dan mampu menarik daya keingintahuan
siswa terhadap seni tari. Selain itu, guru juga harus menanamkan suatu
kepercayaan bahwa seni tari itu tidak sesulit yang mereka bayangkan, seni tari
itu mudah apabila kita mau berusaha dan menikmatinya dengan hati, tidak dengan
emosi. Dengan cara seperti itu, diharapkan siswa SD tertarik untuk belajar
tari.
Guru yang menyadari kualitas seni dan
segala sesuatu, akan membawa ke dalam kelas benda-benda yang secara visual akan
memberikan rangsangan kepada anak. Guru juga akan membawa objek bentuk, warna
dan teksturnya yang telah menyatu dengan dirinya dan yang ingin dibagikan
kepada siswanya. Guru dapat membangun suasana yang merangsang kualitas seni
melalui dorongan antusiasme kepada siswanya dan dengan cara menyediakan
rangsangan visual di dalam kelas agar kretivitas siswanya bisa berkembang.
Semangat guru tidak boleh kendor karena
peralatan dan bahan tidak terpenuhi secara menyeluruh. Bahan-bahan alam yang
tersedia di sekitar tempat belajar dapat menjadi bahan seni. misalnya
batu-batu, kayu, kotak bekas, dan sebagainya. Kebutuhan untuk memasukkan orang
tua ke dalam kehidupan sekolah telah ditekankan sebelumnya, dengan demikian
sebaiknya guru mengadakan pembicaraan dengan orang tua. Dalam hal ini,
kreativitas guru sangat diperlukan untuk mengantisipasi tidak adanya bahan yang
dibutuhkan dalam menunjang pembelajaran tari yang hendak dilakukannya sehingga
dalam latihan terus berlanjut dengan peralatan seadanya.
Dalam kegitan seni juga guru mempunyai
sumber-sumber sekolah, masyarakat, buku petunjuk, dan kekayaan bahan-bahan
visual yang bisa diperoleh dalam buku, majalah terkenal, dan benda-benda
cetakan. Serta penggunaan
alat dan media atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru
dan siswa akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa.
Apabila penggunaannya bervariasi, sesuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasian
dalam penggunaan diatas merupakan kunci untuk tercapainya program pengajaran
yang akan disampaikan kepada siswa harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku,
baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya. Meskipun secara teknis program
itu sangat baik, jika tidak sesuai dengan kurikulum, ia tidak akan banyak
membawa manfaat, bahkan mungkin hanya menambah beban, baik bagi siswa maupun
bagi guru. Variasi dalam pembelajaran pada dasarnya meliputi variasi suara,
variasi gerakan anggota badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas.
Bagi siswa, variasi tersebut dilihat sebagai suatu yang energik, antusias,
bersemangat, dan relevansi dengan hasil belajar. Oleh karena itu, guru harus
mempu menelaah lebih dalam apa yang ada di kurikulum dan menggunakan berbagai
variasi model pembelajaran seni drama tari sehingga siswa tidak cepat bosan dan
jenuh dengan pembelajaran dari guru.
Dalam Lingkungan
masyarakat juga
merupakan laboratorium dan tempat praktik bagi siswa untuk menari. Misalnya, perayaan
hari-hari besar nasional. Hal di atas menunjukkan begitu banyak sumber belajar
dan kegiatan yang dapat dimanfaatkan dan masyarakat sebagai sumber informasi
bagi mahasiswa. Memang untuk dapat menentukannya, guru harus cukup energik dan
imajinatif, karena pemanfaatan sumber belajar pada masyarakat tidak saja akan
melibatkan orang, tempat, benda-benda tetapi juga ide-ide dan semua itu akan
menambah vitalitas dan realitas belajar. Melalui kegiatan seperti itu, siswa dapat
menyalurkan bakat yang dimilikinya secara langsung sehingga mereka dapat
lagsung praktek dan terjun di masyarakat.
Jika dalam studio guru juga harus berhati-hati
menangani ruang yang penuh dengan anak-anak yang sedang sibuk dengan pengalaman
studionya. Tidak boleh ada kata-kata dari guru, yang nantinya akan menjadikan
siswa SD rendah diri, menjadi tidak percaya diri lagi, atau takut melakukan
suatu gerakan tari. Di belakang setiap kegiatan seni tari-drama yang berhasil,
terletak perencanaan yang dilakukan dengan hati-hati oleh guru. Dalam hal ini
yang diperlukan adalah adanya kerja sama antara guru dengan siswa, guru yang
satu dengan guru lain, guru dengan pengurus, atau bahkan orang tua siswa. Sikap guru juga
diharapkan dapat membimbing pengalaman seni tari siswa SD adalah guru yang
bersikap sebagai seorang teman. Teman akrab, yang dalam perlakuannya lebih
banyak membimbing dan pada menunjukkan (direct) atau memberi perintah. Hal ini
akan mengembangkan kondisi memberi dan menerima yang sehat, dan mendorong sikap
membagi-bagi pengalaman.
Keputusan, pemilihan
dan pertimbangan yang matang sangat diperlukan oleh guru dalam melaksanakan
pengalaman seni. Jika guru tidak merencanakan kegiatan, kemungkinan besar siswa
akan jemu dalam melaksanakan suatu kegiatan seni-drama. Untuk itu maka guru
perlu merencanakan kesempatan untuk pengalaman seni yang kreatif. Guru perlu
mengenal kehidupan siswa yang nyata dan yang khayal, yang mendorong kemurnian
siswa serta kemampuan siswa untuk menemukan gerakan atau nyanyian dan
menguatkannya.
Guru kelas adalah
orang disekolah yang paling mengerti bagaimana mendorong agar anak kreatif.
Guru mempunyai kesempatan untuk mengamati anak dalam berbagai situasi dan
mengenal anak secara akrab, sehingga dapat mendorong anak untuk merespon secara
menyeluruh terhadap situasi kehidupan di sekitarnya. Guru juga mempunyai
kesempatan untuk mempelajari antusiasme anak, ketakutan, suasana hati,
kesehatan berekspresi ego, dorongan, kebutuhan, ambisi, keinginan, kemampuan
bernyanyi, kemampuan bergerak, dan sebagainya.
Masalah pembimbingan anak adalah suatu tes harian
terhadap kemampuan guru. Hal tersebut merupakan proses yang akan terus menerus
terjadi, dengan demikian memerlukan koordinasi dari usaha guru, orang tua, dan
masyarakat untuk membimbing anak-anak ke arah kedewasaan dengan cara yang
semestinya. Membimbing anak dalam kegiatan seni meliputi kesadaran terhadap
situasi belajar yang baik, kesempatan untuk mencipta dan menilai.
Disinilah
seni harus disadari menumbuhkan nilai estetika dan etika kepada peserta didik.
Jika pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa dalam
membantu anak-anak mencapai kedewasaannya, maka tentunya pula seni dapat
digunakan sebagai cara dan sekaligus media untuk mendidik anak. Jadi makna
pendidikan dengan menggunakan seni sebagai cara dan sekaligus sebagai
sarananya.
Peran
guru dan orang tua adalah menstimulus siswa agar dapat menuangkan serta
mengembangkan ekspresi gerak yang kreatif baik secara individual maupun
kelompok. Ide atau gagasan anak biasanya orisinal, misalnya anak dapat
distimulus untuk memberikan contoh dan ide gerak tentang bagaimana kelompok
binatang menghisap madu, atau seekor kupu-kupu hinggap di bunga, bagaimana
gerak bebek berenang di kolam. Guru adalah sebagai fasilitator, maka biarkan anak
memvisualisasikan dan mengaplikasikam semua gerakan yang diinginkannya,
selanjutnya guru dapat memilih gerakan mana yang penting dan mana yang tidak.
Gladys
Andrews Fleming (1976) berpendapat bahwa melalui bergerak dalam menari, sesuai
dengan tingkat pemahaman siswa itu sendiri. Imajinasi setiap siswa tentu tidak
akan sama dengan siswa lain apalagi dengan guru tarinya. sebagai seorang guru
harus mendorongnya agar lebih banyak lagi yang dapat memberikan kebebasan atas
pengembangan ide dan kreativitas anak.
Kebutuhan
untuk memasukkan orang tua ke dalam kehidupan sekolah telah ditekankan
sebelumnya, dan dengan demikian sebaiknya dan bila mungkin guru mengadakan
pembicaraan dengan orang tua. Bimbingan terhadap anak terletak di tangan orang
tua dan guru. Membimbing potensi ekspresi anak merupakan proses terus menerus
dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Guru harus dapat menciptakan suasana
kebebasan bergerak kepada siswa didiknya. Guru diharapkan membimbing siswa
dapat mengungkapkan cara bergerak mereka sendiri yang unik sesuai dan cara
bergerak sesuai dengan perasaannya. Bentuk kegiatan guru dalam membimbing siswa
didiknya belajar menari :
1.
latihan mempersiapkan tubuh
sebagai alat ekspresi
2. latihan gerak kepala, tangan, badan, dan kaki untuk menumbuhkan kesadaran
kepada siswa didiknya bahwa seluruh anggota badan merupakan sumber gerak tari
3.
latihan bergerak dengan ritme
untuk tujuan memperkenalkan dan membiasakan siswa menanggapi birama, tempo dan
frase dalam musik iringan tarinya
4.
latihan bergerak dengan arah
untuk tujuan membiasakan siswa dapat cepat menyesuaikan dengan tempat menari
5.
latihan bergerak dengan
membentuk formasi untuk tujuan melatih konsentrasi, dapat cepat menyesuaikan
dengan tempat menari dan melatih kemampuan bekerja sama dalam kelompok. Kemampuan
guru tari kreatif lebih cenderung berkaitan dengan visi misi sekolah yang
dikembangkan sehingga tari kreatif lebih menyesuaikan dengan sekolah
masing-masing.
Bermain
bebas dengan imajinasi yang kreatif adalah dasar dari segala kegiatan oleh
seni. Bermain, berimajinasi dan berkreasi
merupakan dunia anak. Dalam permainan, terdapat unsur pleasurable (menyenangkan), enjoyable(menikmati), imajinatif dan aktif, sehingga
tanpa bermain, imajinasi tidak akan berkembang dengan baik, menjadi sebuah ide
dan tindakan kreatif. Ketiga hal tersebut merupakan rangkaian aktivitas yang
melibatkan pikiran, perasaan dan gerak tubuh anak yang sejatinya bermanfaat
bagi perkembangan dan kepribadiannya. Semoga, kita bisa terus belajar dan
mendapatkan pembelajaran dari anak-anak kita.
Bagi anak-anak, berimajinasi
merupakan kebutuhan alaminya dan bukan bentuk kemalasan. Imajinasi anak bisa
saja lahir sebagai hasil imitasi, meniru dari tayangan yang ditontonnya atau
pengaruh dari dongeng dan cerita yang didengarnya. Namun,
imajinasi juga bisa muncul secara murni dan orisinil dari dalam benaknya,
sebagai hasil mengolah dan memanfaatkan kelebihan dan kemampuan otak yang
dianugerahkan Tuhan. Jika kita mampu mengasah, mengembangkan dan mengelola
imajinasi anak, maka berimajinasi akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan
kecerdasan kreatifnya, serta membuatnya lebih produktif karena potensi dan
kemampuan imajinatif anak merupakan proses awal tumbuh kembangnya daya cipta
dalam diri anak yang boleh jadi menghasilkan sebuah kreasi yang menarik dan
bermanfaat untuk perkembangan kepribadiannya.
Cara Mengembangkan Imajinasi Anak
Sebagai
orang terdekat yang memiliki ikatan batin kuat dengan anak, orang tua merupakan
“pemeran” yang sangat dibutuhkan dalam mengasah dan mengembangkan imajinasi
anak secara optimal, sehingga manfaat imajinasi tersebut menjadi energi yang
bersinergi terhadap kecerdasan, perkembangan dan kepribadiannya.
·
Pertama, orang tua harus menjadi pendengar
yang baik dan aktif terhadap imajinasi anak. Aktif berarti memberikan respon
yang baik, menstimulasinya dengan pertanyaan-pertanyaan kreatif dan
mendorongnya untuk berekspresi baik secara verbal maupun non verbal. Orang tua
bisa saja mengarahkan anak untuk menuliskan imajinasinya dalam diary atau menulisnya dalam bentuk
sebuah karya tulis jika anak sudah mampu baca-tulis, Seperti Sri Izzati yang berhasil meraih rekor MURI sebagai
penulis novel termuda (8 tahun) melalui judul “Kado Untuk Ummi”.
·
Kedua, ajak anak kita bermain karena
bermain merupakan dunianya. Biarkan anak bebas menentukan pilihan dan
melakukan permainan tertentu sesuai keinginannya,
asalkan sesuai dengan kemampuan berpikir serta fisiknya. Bermain peran bisa
menjadi pilihan tepat, orang tua bisa lebih cermat memberikan pilihan peran
bagi mereka. Permainan peran membantu perkembangan emosi anak dan memudahkan
mereka bersosialisasi dengan lingkungannya. Gunakan alat bantu yang tidak
membahayakan anak, seperti kartu, mobil-mobilan atau boneka untuk membantu
mereka bermain peran. Misalnya, anak berperan sebagai ayah dan ibu memerankan
boneka sebagai anaknya. Pendampingan dan kebebasan akan mengeratkan ikatan
batin dan membuat anak merasa lebih dihargai dan percaya diri.
·
Ketiga, orang tua jangan terlalu banyak
melarang anak , termasuk melarangnya menangis dan tertawa di saat yang tepat
karena larangan bisa saja menghambat imajinasi dan membatasi kreativitasnya
Berikan pernyataan yang bersifat anjuran agar anak merasa termotivasi.
Pernyataan yang bersifat anjuran akan memberi motivasi positif pada anak.
Misalnya, menyatakan “Ade bisa jatuh kalau lompat seperti Spiderman karena Ade
belum kuat. Mendingan Ade bantu Ibu, kan Spiderman suka menolong orang.” lebih
baik daripada menyatakan “Jangan lompat, nanti kaki kamu patah!”.
·
Keempat, perdengarkan musik yang sesuai
dengan ritme jantung dan denyut nadi, bacakan buku cerita, komik atau dongeng,
serta dampingi anak bermain komputer dan belajar menulis karena semua hal tersebut akan
merangsang dan membantu mengembangkan imajinasi anak.
·
Kelima, ciptakan suasana yang aman, nyaman
dan menyenangkan bagi anak. Seperti halnya belajar dan menerapkan metodemendidik, suasana nyaman dan menyenangkan
akan membuat imajinasinya berkembang. Perhatikan pula letak benda-benda yang
bisa membahayakan anak, seperti gunting, pisau, atau barang yang mudah pecah.
Imajinasi dan kreativitas anak seringkali tidak terduga, sehingga orang tua
patut mengantisipasinya sejak awal.
Maka dari itu sangat perlu untuk mengenal ciri-ciri atau
karakteristik anak-anak.
Karakteristik Gerak Anak
Karakteristik gerak pada anak umumnya mereka dapat
melakukan dengan berbagai kegiatan-kegiatan pergerakan menirukan Apabila
seorang guru dapat menunjukkan kepada anak didik suatu action yang dapat
diamati (observable), maka anak akan mulai membuat tiruan action tersebut
sampai pada tingkat otot-ototnya dan dituntut oleh dorongan kata hati untuk
menirukannya. Bahwa dalam perkembangan umumnya anak dapat melakukan
kegiatan-kegiatan bergerak sebagai berikut :
1. Menirukan, seperti yang telah
penulis ungkapkan sebelumnya dalam upaya pengembangan kreativitas tari bahwa
dalam bermain anak senang menirukan sesuatu yang dilihat. Anak dapat menirukan
gerakan-gerakan yang dilihat baik dari televisi ataupun gerakangerakan yang
secara langsung dilakukan oleh orang lain, berdasarkan tema maupun
gerakangerakan binatang yang diamati.
2. Manipulasi, dalam kegiatan ini
anak-anak secara spontan menampilkan berbagai gerak-gerak dari obyek yang
diamatinya. Namun dalam pengamatan dari obyek tersebut anak akan menampilkan
sebuah gerakan yang hanya disukainya.
3. keseksamaan (precision). Ini
meliputi kemampuan anak didik dalam penampilan yang telah sampai pada tingkat
perbaikan yang lebih tinggi dan memproduksi suatu kegiatan tertentu.
4. artikulasi, yang utama disini anak
didik telah dapat mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan
urutan/sikuen tepat diantara pada action yang berbeda-beda.
5. naturalisasi, tingkat terakhir dari
kemmapuan psikomotorik adalah apabila anak telah dapat melakukan secara alami
satu action atau sejumlah action yang urut. Keterampilan penampilan ini telah
sampai pada kemapuan yang paling tinggi dan action tersebut ditampilkan dengan
pengeluaran energi yang minimum (sunaryo,1984).
Seorang guru dalam menata sebuah
tari-tarian bagi anak SD harus memperhatikan dua hal yaitu, harus memperhatikan
bagian-bagian tubuh yang dapat dilatih dari karakteristik atau ciri-ciri gerak
anak .
Karakteristik Gerak Motorik
Anak
Karakteristik gerak motorik anak
usia dini terdiri dari dua gerakan yaitu motorik halus dan motorik
kasar.
1. Keterampilan
Koordinasi Gerakan Motorik Kasar.
Gerakan
ini meliputi kegiatan seluruh tubuh atau sebagian tubuh. Ketrampilan ini
meliputi : ketahan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan dan
kekuatan.
Ketrampilan motorik
kasar dapat dibagi dalam 3 kelompok:
Ketrampilan lokomotorik: Berlari, melompat, menderap,
meluncur, berguling, behenti, berjalan setelah berhenti sejenak, menjatuhkan
diri dan menghindar.
Ketrampilan non lokomotorik : menggerakkan anggota tubuh
dengan posisi tubuh diam ditempat, berayun, berbelok, mengangkat, bergoyang,
melengkung, memeluk, memutar dan mendorong.
Ketrampilan memproyeksi : menangkap, menerima, menendang,
menggiring, melambung, memukul dan menarik.
2. Keterampilan
Koordinasi Gerakan Motorik Halus.
Gerakan ini
menyangkut koordinasi gerakan gerakan jari-jari tangan dalam melakukan berbagai
aktivitas. Karakteristik gerak yang biasa dilakukan oleh pada umumnya
adalah menirukan, manipulasi dan bersahaja.
Gerakan–gerakan
ini terbentuk dari unsur tenaga, ruang dan waktu :
1. Tenaga. Penggunaan tenaga dalam
gerakan tari meliputi beberapa hal yaitu : intensitas, aksen/tekanan, kualitas.
2. Waktu (time). Waktu adalah berapa
lama penari dalam melakukan suatu gerak : cepat/lambatnya (tempo), panjang
pendek ketukan (ritme), lamanya melakukan gerakan (durasi).
3. Ruang ( space ). Ruang didalam tari
dapat dibedakan menjadi dua yaitu: Ruang yang diciptakan oleh penari dan Ruang
pentas.
Ciri-ciri atau
tipe kepribadian individu yang berkaitan dengan belajar adalah sebagai berikut:
1. Ciri intelektual/belajar Mudah
menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam
(berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab akibat), daya konsentrasi baik
(perhatian tidak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang macam-macam
topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang
cermat, senang mempelajari kamus, peta dan ensiklopedi. Cepat memecahkan soal,
cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan inti/kesimpulan dari
suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu
sibuk menangani berbagai hal
2. Ciri kreativitas Dorongan ingin tahunya
besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan
usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa
keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri
dan dapat mengungkapkannya serta tidak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor
tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam
ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya. Dalam pemecahan masalah menggunakan
cara-cara orisinal yang jarang dperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja
sendiri, senang mencoba hal-hal yang baru, kemampuan mengembangkan atau merinci
suatu ide (kemampuan elaborasi) sangat baik.
3. Ciri motivasi Tekun menghadapi tugas
(dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum tugas
selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami suatu bidang/bahan
pengetahuan yang diajarkan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak
cepat putus asa dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam
masalah orang dewasa (misal masalah korupsi, bencana alam, atau topik-topik
yang sedang aktual). Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat
bosan dengan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan
pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal
yang diyakininya itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda
kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan
soal-soal.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sikap Guru
yang dibutuhkan dalam membimbing pengalaman Seni Tari dan Drama yaitu bersikap
sebagai seorang teman . serta mampu mengembangkan dan mendorong anak supaya
mempunyai antusiasme yang tinggi dalam kegiatan seni dan drama. Guru juga harus
mempunyai kematangan secara emosial dan intelektual dengan begitu dapat
mengembangkan semua kecakapan anak dalam belajar berekspresi, Selain itu guru
harus mempunyai keputusan, pemilihan dan pertimbangan yang matang dalam
melaksanakan pengalaman atau rencana kegiatan. Membimbing anak dalam kegiatan
seni juga harus memasukkan orang tua ke dalam kehidupan sekolah agar guru dan
orang tua bisa mengembangkan potensi anak dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
4-kompetensi-yang-wajib-dikuasai-guru.html 10/04/2015
Achmad, Mk. Peranan Guru dalam Menentukan Masa Depan
Siswa http://one.indoskripsi.com/ 3 September 2009.
Republik Indonesia, UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen.
Wikipedia Indonesia. Pakaian.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pakaian, diakses 1 Januari 2010.
Yuku. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia; Mobile 1.1.3.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Popham, W. James,dkk. 2003.Teknik Mengajar Secara
Sistematis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djaramah, Syaiful Bahri. 2005.Guru dan Anak Didik. Jakarta: PT. Renika Cipta. (guru-sebagai-orang-tua-teman-dan.html
)
Matra pendidikan inilah-daftar-15-ciri-guru-kreatif.html
Oriza zativalen memahami-karakteristik-anak-sekolah.html
Wibisono, Tri Broto dkk. 2001. Pendidikan Seni Tari.
Surabaya: Depdikbud Prop. Jatim.
Pentas-seni-dan-tari-dan-drama.html
fidiupiserang.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar