DAFTAR
ISI
Halaman Judul………………………………………………………………… i
Daftar Isi………………………………………………………………………. 1
Kata Pengantar………………………………………………………………... 2
Daftar Isi………………………………………………………………………. 1
Kata Pengantar………………………………………………………………... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….. 3
B. Rumusan Masalah………………………………………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Moral, Sikap dan Nilai.............................................................. 4
B. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Moral.......................... 5
D.Tahap-Tahap Perkembangan Moral............................................................. 6
E. Aspek perkembangan
moral pada fase perkembangan anak-anak............. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran…………………………..………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 12
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, atas segala limpahan
karunia serta limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga Makalah yang berjudul “Perkembangan
Moral Anak Usia Dini” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Meskipun segala upaya dan pikiran telah penulis tuangkan, tetapi penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan selanjutnya.
Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan imbalan yang sesuai dengan ridho ALLAH SWT. Penulis berharap semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama untuk meningkatkan mutu pendidikan di PAUD.
Meskipun segala upaya dan pikiran telah penulis tuangkan, tetapi penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan selanjutnya.
Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan imbalan yang sesuai dengan ridho ALLAH SWT. Penulis berharap semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama untuk meningkatkan mutu pendidikan di PAUD.
Surabaya,
20 MEI 2015
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah moral merupakan masalah yang sekarang ini sangat
banyak meminta perhatian, terutama bagi para pendidik, ulama, pemuka masyarakat
dan para orang tua. Tidak henti-hentinya kita mendengar berita tentang tindakan
kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak, seperti yang terjadi di beberapa
daerah yang hampir setiap minggu diberitakan di berbagai media, baik media
cetak maupun elektronik. Bagi warga Ibukota bukan suatu hal yang aneh apabila
mendengar atau melihat anak-anak sekolah melakukan tawuran (perkelahian antar
pelajar) yang tidak sedikit menimbulkan sejumlah korban. Diperlukan waktu yang
panjang dan upaya pendidikan yang sungguh-sungguh untuk mengatasi kondisi ini.
Pendidikan dalam hal ini diartikan secara luas, yaitu sebagai upaya untuk
mentransformasikan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan tertentu
dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Pendidikan merupakan alat
strategis untuk membentuk dan mengembangkan nilai, sikap dan moral dari
generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Adapun moral sama dengan etika,
atau kesusilaan yang diciptakan oleh akal, adat dan agama, yang memberikan
norma tentang bagaimana kita harus hidup.
Nilai
moral pada dasarnya adalah mengupayakan anak mempunyai kesadaran dan berprilaku
taat moral yang secara otonom berasal dari dalam diri sendiri. Dasar otonomi
nilai moral adalah identifikasi dan orientasi diri. Pola hidup keluarga (ayah
dan Ibu ) merupakan “model Ideal” bagi peniruan dan pengindentifikasian
perilaku dirinya.
Otomisasi
nilai moral dalam diri anak berlangsung dalam dua tahap, yaitu pembiasaan diri
dan identifikasian diri. Merujuk pada sistem moral Spranger, nilai-nilai moral
yang diupayakan bagi kepemilikan dan pengembangan dasar – dasar disiplin diri
mencakup lima nilai, yaitu nilai-nilai ekonomis, social,politis, Ilmiah,
estetis dan agama dalam sistem nilai spranger, nilai etik tidak berdiri
sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari nilai religi.
Hubungan antara disiplin diri dengan
nilai ini merupakan konsep nilai moral yang memungkinkan orang tua untuk
membantu anak dalam memiliki dasar disiplin diri.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
1.
apakah
pengertian moral menurut para ahli
2.
Bagaimanakah
perkembangan moral anak usia dini
3.
faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi moral anak
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Moral, Sikap dan Nilai
Moral
berasal dari kata latin “mores” yang
berarti tata cara , kebiasaan, dan adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku
yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang dikembangakan oleh konsep
moral. Yang dimaksud dengan konsep moral ialah peraturan perilaku yang telah
menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Konsep moral inilah yang
menentukan pola perilaku yang diharapakan dari seluruh anggota kelompok.
Menurut piaget (sinilungan, 1997), hakikat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan. Selanjutnya, kohlberg (gnarsa, 1985) mengemukakan bahwa aspek moral adalah sesuatu yang tidak dibawa dari lahir, tapi sesuatu yang berkembang dan dapat diperkembangkan/dipelajari. Perkembangan moral merupakan proses internalisasi nilai/norma masyarakat sesuai dengan kematangan dan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap aturan yang berlaku dalam kehidupannya. Jadi, perkembangan moral mencangkup aspek kognitif yaitu pengetahuan tentang baik/buruk, benar/salah, maupun aspek afektif yaitu sikap perilaku moral itu dipraktekkan. piaget mengajukan perkembangan moral, yang digambarkan pada aturan permainan. Menurut beliau hakekat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan.
Menurut piaget (sinilungan, 1997), hakikat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan. Selanjutnya, kohlberg (gnarsa, 1985) mengemukakan bahwa aspek moral adalah sesuatu yang tidak dibawa dari lahir, tapi sesuatu yang berkembang dan dapat diperkembangkan/dipelajari. Perkembangan moral merupakan proses internalisasi nilai/norma masyarakat sesuai dengan kematangan dan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap aturan yang berlaku dalam kehidupannya. Jadi, perkembangan moral mencangkup aspek kognitif yaitu pengetahuan tentang baik/buruk, benar/salah, maupun aspek afektif yaitu sikap perilaku moral itu dipraktekkan. piaget mengajukan perkembangan moral, yang digambarkan pada aturan permainan. Menurut beliau hakekat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan.
Piaget membagi perkembangan menjadi 3 fase yaitu:
a. fase absolut
a. fase absolut
anak menghayati peraturan sebagai suatu hal
yang dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormatinya. Disini
peraturan sebagai moral adalah obyek eksternal yang tidak boleh diubah.
b. fase realitas
b. fase realitas
anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan
orang lain. Peraturan dianggap dapat diubah, karena berasal dari perumusan
bersama. Mereka menyetujui perubahan yang jujur dan disetujui bersama, serta
merasa bertanggung jawab menaatinya.
c. fase subyektif
c. fase subyektif
anak memperhatikan motif/kesengajaan dalam
penilaian perilaku. Perkembangan moral dipengaruhi upaya membebaskan diri dari
ketergantungan pada orang tua, meningkatkan interaksi dengan sesama dan
berkontak dengan pandangan lain. Dengan interaksi yang bertambah luas anak
makin mampu memahami pandangan orang lain dan berbagi aturan untuk kehidupan
bermoral dalam kebersamaan. Disamping perilaku moral ada juga perilaku tak
bermoral yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial karena sikap
tidak setuju dengan standar sosial yang berlaku atau kurang adanya perasaan
wajib menyesuaikan diri, serta perilaku amoral atau nonmoral yaitu perilaku
yang tidak sesuai dengan harapan sosial karena ketidakacuhan atau pelanggaran
terhadap standar kelompok sosial.
Sikap adalah perilaku yang berisi pendapat tentang sesuatu. Dalam sikap positif tersirat sistem nilai yang dipercayai atau diyakini kebenarannya. Nilai adalah suatu yang diyakini, dipercaya, dan dirasakan serta diwujudkan dalam sikap atau perilak. Biasanya, nilai bermuatan pegalaman emosional masa lalu yang mewarnai cita-cita seseorang, kelompok atau masyarakat. Moral merupakan wujud abstrak dari nilai-nilai, dan tampila secara nyata/kongkret dalam perilaku terbuka yang dapat diamati. Sikap moral muncul dalam praktek moral dengan kategori positif/menerim, netral, atau negatif/menolak.
Anak yang bersikap positif atau menerima nilai-nilai moral, diekspresiakan dalam perilaku yang bersimpati dalam berinteraksi dengan nilai dan orang disekitarnya, seperti mau menerima, mendukung, peduli, dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Sikap moral yang netral diekspresikan dalam perilaku sikap tidak memihak (mendukung atau menolak) terhadap nilai yang ada di masyarakat. Siakp moral yang negatif diekspresikan dalam perilaku menolak yang diwarnai emosi dan sikap negatif seperti kecewa, kesal, marah, benci, bermusuhan, dan menentang, perhadap nilai moral yang ada di masyarakat.
Sikap adalah perilaku yang berisi pendapat tentang sesuatu. Dalam sikap positif tersirat sistem nilai yang dipercayai atau diyakini kebenarannya. Nilai adalah suatu yang diyakini, dipercaya, dan dirasakan serta diwujudkan dalam sikap atau perilak. Biasanya, nilai bermuatan pegalaman emosional masa lalu yang mewarnai cita-cita seseorang, kelompok atau masyarakat. Moral merupakan wujud abstrak dari nilai-nilai, dan tampila secara nyata/kongkret dalam perilaku terbuka yang dapat diamati. Sikap moral muncul dalam praktek moral dengan kategori positif/menerim, netral, atau negatif/menolak.
Anak yang bersikap positif atau menerima nilai-nilai moral, diekspresiakan dalam perilaku yang bersimpati dalam berinteraksi dengan nilai dan orang disekitarnya, seperti mau menerima, mendukung, peduli, dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Sikap moral yang netral diekspresikan dalam perilaku sikap tidak memihak (mendukung atau menolak) terhadap nilai yang ada di masyarakat. Siakp moral yang negatif diekspresikan dalam perilaku menolak yang diwarnai emosi dan sikap negatif seperti kecewa, kesal, marah, benci, bermusuhan, dan menentang, perhadap nilai moral yang ada di masyarakat.
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Moral
Perkembangan moral seorang anak banyak
dipengaruhi oleh lingkungan. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari
lingkungannya, terutama orang tua. Dia belajar untuk mengenal nilai-nilai dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan moral anak,
peran orang tua sangat penting terutama ketika anak masih kecil.
Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan perkembangan moral anak sebagai berikut :
1. Konsisten dalam mendidik
anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan
yang sama dalam melarang atau memperbolehkan tingkah laku tertentu kepada anak.
2. Sikap orang tua dalam
keluarga
Secara tidak langsung sikap orang tua terhadap
anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya dapat mempengaruhi perkembangan
moral anak yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orang tua yang
otoriter cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada anak. Sikap yang
sebaiknya dimiliki oleh orang tua adalah sikap kasih sayang, keterbukaan,
musyawarah, dan konsisten.
3. Penghayatan dan
pengamalan agama yang dianut
Orang tua merupakan panutan (teladan) bagi anak,
termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orang tua yang
menciptakan iklim yang religious dengan member bimbingan tentang nilai-nilai
agama kepada anak maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
4. Sikap konsisten orang
tua dalam menerapkan norma
Orang tua yang tidak menghendaki anaknya
berbohong maka mereka harus menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong. Apabila
orang tua mengajarkan kepada anak agar berperilaku jujur, bertutur kata yang
sopan, bertanggung jawab atau taat beragama tetapi orang tua sendiri
menampilkan perilaku sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya,
bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orang tuanya.
Pada sikap dan perilaku moral tersirat nilai- didik menjadi anak yang baik, danbersikap moral secara baik dan benar.
Nilai adalah suatu yang diyakini, dipercayai, dirasakan dan diwujudkan dalam sikap/perilaku.
Anak dilahirkan tanpa moral (imoral) sikap moral
untuk berperilaku sesuai nilai-nilai luhur dalam masyarakat belum dikenalnya.
Intervensi terprogram melalui pendidikan, serta lingkungan sosial budaya,
mempengaruhi perkembangan struktur kepribadian bermuatan moral. Ini dialami
dalam keluarga bersama teman sebaya dan rekan-rekan sependidikan, kawan
sekerja/kegiatan ditengah lingkungan.
a. Perubahan dalam lingkungan
Perubahan dan kemajuan dalam berbagai bidang
membawa pergeseran nilai moral serta sikap warga masyarakat ditengah perubahan
dapat terjadi kemajuan/kemrosotan moral. Perbedaan perilaku moral individu
sebagian adalah dampak pengalaman dan pelajaran dari lingkungan nilai
masyarakatnya. Lingkungan memberi ganjaran dan hukuman. Ini memacu proses belajar
dan perkembangan moral secara berkondisi.
b. Struktur kepribadian
Psiko analisa (freud) menggambarkan perkembangan
kepribadian termasuk moral. dimulai dengan sistem ID, selalu aspek biologis
yang irasional dan tak disadari. Diikuti aspek psikologis yaitu subsistemego
yang rasional dan sadar. Kemudian pembentukan superego sebagai aspek sosial
yang berisi sistem nilai dan moral masyarakat.
Ketiga subsistem kepribadian tersebut mempengaruhi perkembangan moral dan perilaku individu. Ketidakserasian antara subsistem kepribadian, berakibat seseorang sukar menyesuaikan diri, merasa tak puas dan cemas serta bersikap/berperilaku menyimpang. Sedang keserasian antara subsistem kepribadian dalam perkembangan moral akan berpuncak pada efektifnya kata hati (superego) menampilakan watak/perilaku bermoral seseorang.
Ketiga subsistem kepribadian tersebut mempengaruhi perkembangan moral dan perilaku individu. Ketidakserasian antara subsistem kepribadian, berakibat seseorang sukar menyesuaikan diri, merasa tak puas dan cemas serta bersikap/berperilaku menyimpang. Sedang keserasian antara subsistem kepribadian dalam perkembangan moral akan berpuncak pada efektifnya kata hati (superego) menampilakan watak/perilaku bermoral seseorang.
Ada sejumlah faktor penting yang mempengaruhi
perkembangan moral anak (Hurlock, 1990).
1. Peran hati nurani atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan salah apabila anak dihadapkan pada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan atas tindakan yang harus dilakukan.
2. Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berperilaku tidak seperti yang diharapkan dan melanggar aturan.
3. Peran interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.
nilai yang dianut berkaitan dengan nilai
mengenai sesuatu yang dikatakan baik dan benar, patut, dan seharusnya terjadi. Sikap
moral sebagian besar diteruskan dari generasi ke generasi melalui proses
pendidiakan seumur hidup. Ada nilai-nilai yang perlu dipertahankan, ada
yangdiasimilasikan ke arah kemajuan atau perubahan progresif, tetapi ada juga
yang berubah atau bergeser karena berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sebagai
guru, anda perlu memahami perkembangan sikap moral agar dapat membantu peserta
didik mengembangkan sikap moral yang dikendaki, mendidik peserta
C. Tahap-tahap Perkembangan Moral
Adapun tingkat dan tahap perkembangan
moral yang dikenal diseluruh dunia yang di kemukakan oleh kohlberg (1958) sebagai berikut:
Tingkat
|
Tahap
|
1. Pr1. Prakonvensional
Pada tingkat ini aturan berisi aturan moral
yang dibuat berdasarkan otoritas. Anak tidak melanggar aturan moral karana
takut ancaman atau hukuman dari otoritas. Tingkat pra-konvensional dari
penalaran moral umumnya ada pada anak-anak,
2. Konvensional
Semua perbuiatan dianggap baik oleh anak sesuai dengan otoritas
teman sebaya.
3. Pasca Konvensional
Aturan dan institusi dari masyarakat tidak dipandang sebagai
tujuan akhir tetapi diperlukan sebagai subjek. Anak menaati aturan karena
takut hukuman kata hati.
|
1. Orientasi Terhadap Kepatukan dan Hukuman
Pada tahap ini anak hanya mengetahui bahwa
aturan-aturan ini ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu
gugat. Anak harus menurut, atau kalau tidak, akan mendapat hukuman.
2. Orientasi hedonistic adalah suatu perbuatan
dinilai baik jika berfungsi sebagai alat pemenuh kebutuhan dan kepuasan diri
3. Orientasi anak yang baik, tindakan dinilai
baik jika menyenangkan bagi orang lain
4. Orientas keteraturan dan perilaku baik dengan
menunaikan kewajiban, menghormati otoritas dan memelihara ketertiban social
5. Organisasi control social legalistic,
perbuatan dinilai baik jika sesuai perundang – undangan
6. Orientasi kata hati, kebenaran ditentukan
dengan kata hati
|
Menurut J. Bull
perkembangan moral dibagi menjadi 3 yaitu:
a. tahap anomi ketidakmampuan moral bayi. Moral bayi barulah suatu potensi yang siap dikembangkandalam lingkungan.
b. tahap heteronomi
dimana morral yang berpotensial dipacu berkembang orang lai/otoritas melalui aturan dan kedisiplinan.
c. tahap sosionomi dimana moral berkembang ditengah sebaya/dalam masyarakat, mereka lebih menaati aturankelompok dari pada aturan otoritas.
d. tahap otonomi moral yang mengisi dan mengendalikan kata hati serta kemampuan bebasnya untuk berperilaku tanpa tekanan lingkungan.
e. Cara Mempelajari Sikap Moral
a. tahap anomi ketidakmampuan moral bayi. Moral bayi barulah suatu potensi yang siap dikembangkandalam lingkungan.
b. tahap heteronomi
dimana morral yang berpotensial dipacu berkembang orang lai/otoritas melalui aturan dan kedisiplinan.
c. tahap sosionomi dimana moral berkembang ditengah sebaya/dalam masyarakat, mereka lebih menaati aturankelompok dari pada aturan otoritas.
d. tahap otonomi moral yang mengisi dan mengendalikan kata hati serta kemampuan bebasnya untuk berperilaku tanpa tekanan lingkungan.
e. Cara Mempelajari Sikap Moral
Sikap dan perilaku moral dapat dipelajari dengan cara berikut
:
1. Belajar melalui cob/ ralat (tryal and error). Anak mencoba belajar mengatahui apakah perilakunya sudah memenuhi standart sosial dan persetujuan sosial atau belum. Bila belum, maka anak dapat mencoba lagi sampai suatu ketika secara kebetulan dapat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pendidikan langsung yang dilakukan dengan cara anak belajar memberi reaksi tertentu secara tepat dalam situasi tertentu, serta dilakukan dengan cara memenuhi peraturan yang berlaku dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar.
3. Identifikasi dengan orang yang dikaguminya. Cara ini biasanya dilakukan secara tidak sadar dan tanpa tekanan dari orang lain. Yang penting ada teladan dari orang yang diidentifikasikan untuk ditiru perilakunya.
1. Belajar melalui cob/ ralat (tryal and error). Anak mencoba belajar mengatahui apakah perilakunya sudah memenuhi standart sosial dan persetujuan sosial atau belum. Bila belum, maka anak dapat mencoba lagi sampai suatu ketika secara kebetulan dapat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pendidikan langsung yang dilakukan dengan cara anak belajar memberi reaksi tertentu secara tepat dalam situasi tertentu, serta dilakukan dengan cara memenuhi peraturan yang berlaku dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar.
3. Identifikasi dengan orang yang dikaguminya. Cara ini biasanya dilakukan secara tidak sadar dan tanpa tekanan dari orang lain. Yang penting ada teladan dari orang yang diidentifikasikan untuk ditiru perilakunya.
Pendidikan
saat ini umunya mempersiapkan peserta didik memilki banyak pengetahuan, tetapi
tidak tahu cara memecahkan masalah tertentu yang dihadapai dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari. Pendidikan lebih mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi anak yang pandai dan cerdas, tetapi kurang mempersiapkan peserta didik
untuk menjadi anak yang baik. Masalah berkenaan dengan baik dan buruk menjadi
kajian bidang moral.
Demikian
juga dalam mengembangkan aspek moral peserta didik berarti bagaimana cara
membantu peserta didik untuk menjadi anak yang baik, yang mengetahui dan
berperilaku atau bersikap berbuat baik dan benar. Sikap dan perilaku moral
dapat dikembangkan melalui pendidikan dan penanaman nilai/ norma yang dilakukan
secara terintegrasi dalam pelajaran maupun kegiatan yang dilakukan anak di
keluarga dan sekolah. Pendidikan bukan hanya mempersiapkan anak menjadi manusia
cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang baik, berbudi luhur, dan berguna bagi
orang lain.
f. implikasinya bagi pendidikan pengembangan
moral melalui pendidikan mestinya bukan hanya mengajarkan nilai-nilai sebagai
slogan saja. Hal ini tampak pada moral yang diyakini penganut dan moral budaya
yang diterima wargamasyarakat. Proses pendidikan dan pembelajaran moral
diteladankan orang tua dan dilakukan secara terpadu (integrated) pada tiap
peluang dalam semua kegiatan sekolah.disana pendidik mengajarkan keteraturan
hidup, disiplin serta melatih dan membiasakan peserta didik bermoral dalam
perilaku dan kegiatannya. Otoritasmendukung berbagai kegiatan pengembangan
moral warga masyarakat sebagai bagian upaya membangun karekter manusia
indonesia seutuhnya. Cara yang ideal adalah dengan memantapkan pancasila
melalui keteladanan pendidik pada umumnya kepada warga bangsa sebagai peserta
didik sepanjang hayat. Disini berproses pembangunan watak bangsa.
E. Aspek perkembangan moral pada fase perkembangan
anak-anak
1. Fase Prasekolah (usia taman kanak-kanak)
Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan
individu sekitar 2-6 tahun. Anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya
sebagai laki-laki atau perempuan, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet
training), dan beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya).
Sedangkan untuk perkembangan moralnya adalah sebagai berikut :
Pada
masa ini anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok
sosialnya (orang tua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman
berinteraksi dengan orang lain (orang tua, saudara dan teman sebaya) anak
belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik ataupun buruk.
Berdasarkan pemahaman itu, maka pada masa ini anak harus dilatih dibiasakan
mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku (seperti mencuci tangan sebelum
makan).
Pada
saat mengenalkan konsep baik-buruk atau menanamkan disiplin pada anak orang tua
atau guru hendaknya memberikan penjelasan tentang alasannya (seperti mengapa
sebelum makan harus cuci tangan). Penanaman disiplin disertai dengan alasan
diharapkan akan mengembangkan self control atau self
discipline (kemampuan mengendalikan diri atau mendisiplinkan diri
berdasarkan kesadaran sendiri) pada anak. Apabila penanaman disiplin ini tidak
disertai penjelasan tentang alasannya atau bersifat doktriner biasanya akan
melahirkan sikap disiplin buta, apalagi jika disertai dengan perlakuan kasar.
Dalam
rangka membimbing perkembangan moral anak pra sekolah ini, sebaiknya orang tua
atau guru-guru TK, melakukan upaya berikut :
a. Memberikan contoh atau teladan yang baik dalam berperilaku
atau bertutur kata.
b. Menanamkan kedisiplinan kepada anak dalam
berbagai aspek kehidupan seperti memelihara
kebersihan atau kesehatan, tata krama.
c. Mengembangkan wawasan tentang nilai-nilai moral
kepada anak baik melalui pemberian informasi atau melalui cerita, seperti
tentang : riwayat orang-orang yang baik (para nabi dan pahlawan).
2. Fase Anak Sekolah (Usia Sekolah Dasar)
Fase ini dimulai sejak anak-anak berusia 6-12
tahun atau sampai seksualnya matang. Kematangan seksual ini sangat bervariasi
baik antara jenis kelamin maupun antarbudaya yang berbeda. Anak-anak sudah
lebih menjadi mandiri. Pada masa inilah anak paling peka dan siap untuk belajar
dan dapat memahami pengetahuan serta selalu ingin bertanya. Sedangkan untuk
perkembangan moralnya adalah sebagai berikut :
Anak
mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya
mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan
memahaminya. Usaha menanamkan moral sejak usia dini merupakan hal yang
seharusnya karena informasi yang diterima mengenai benar-salah atau baik-buruk
akan menjadi pedoman tingkah lakunya kemdian hari.
Pada
usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari
orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah memahami
alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat
mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau
baik-buruk. Misalnya, dia menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak
hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan
perbuatab jujur, adil dan sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan
sesuatu yang benar atau baik.
·
Contoh
kasus perkembangan moral pada fase perkembangan anak
Perkembangan pada anak tidak sedik
dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya. Di usianya yang masih muda mereka
sudah mulai mencontoh tingkah laku para orang dewasa seperti cara berbicara
para orang dewasa. Terkadang para orang dewasa mengatakan kata-kata yang tak
pantas di katakan atau dapat dikatakan kata-kata kasar. Kata-kata kasar itu
ditiru oleh para anak kecil karena mereka tidak tau mana yang baik dan tidaknya
untuk diucapakan dan semua itu menggangu
perkembangan moral pada fase anak-anak. Semakin sering kata-kata itu didengar
oleh anak kecil maka mereka akan berfikir bahwa kata-kata itu biasa dan boleh
diucapkan bahkan tidak sedikit yang terbawa sampai fase-fase selanjutnya.
Hal terjadi kerana
kurangnya perhatian dari orang tua dan
pengawasan pada pola perkembangan anaknya. Selain itu adanya oknum-oknum yang
secara tidak sadar mengajari anak-anak untuk berkata-kata kasar. Dan banyak faktor lain yang mempengaruhi.
Para orang tua harus lebih mengawasi dan
memperhatikan anaknya agara pola-pola perkembangan yang tidak baik dapat
dicegah dan ditanggulangi. Selain itu pendidik formal juga dapat membantu
memberikan pengarahan mana kata-kata yang pantas dan tidak untuk diucapkan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Moral adalah sikap perilaku
seseorang yang didasari oleh norma - norma hukum yang berada dilingkungan
tempat dia hidup. Jadi seseorang dapat dikatakan memiliki moral adalah ketika
seseorang sudah hidup dengan mentaati hukum - hukum yang berlaku di tempat dia
hidup.Sedangkan Menurut Lawrence Kohlberg. Tahapan perkembangan moral adalah
ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran
moralnya. Menurut Kohlberg ada 6 tahapan perkembangan moral yang dapat
teridentifikasi, hal ini didasarkan pada teorinya yang berpandangan bahwa
penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis,. Ia mengikuti
perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget,
yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan
konstruktif.
Menurut
penjelasan yang ada di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap anak perlu
mempunyai sikap moral yang positif. Terdapat beberapa fase dalam perkembangan
moral yakni : fase absolut, fase realistis, fase subyektif. Secara umum ada
beberapa tahap perkembangan moral menurut kohlberg yakni, tahap
prokonvensional, tahap konvensional, Tahap pascakonvensional dan menurut J.
Bull perkembangan moral dibagi menjadi 3 yaitu: tahap anomi, tahap heteronomi,
tahap sosionomi, tahap otonomi
B.
Saran
Sebagai seorang
konselor kita seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan moral pada anak
sehingga kita dapat mengupayakan pengembangan moral. Contoh dari upaya-upaya pengembangan
moral adalah menciptakan komunikasi yang baik sehingga anak-anak harus
dirangsang menjadi lebih aktif, menciptakan iklim lingkungan yang serasi dan
mendorong perilaku dan pengembangan moral di dalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA
file:///H:/paud%20dedhy/perkmbangan%20moral%20pada%20anak%20usia%20dini%20_%20agustianin1201110021.html
https://abdiplizz.wordpress.com/2011/04/19/perkembangan-moral/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar