Jumat, 09 Oktober 2015

PERKEMBANGAN MORAL PADA ANAK USIA DINI

            
                                                DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………        i
Daftar Isi……………………………………………………………………….        1
Kata Pengantar………………………………………………………………...        2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………..          3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………          3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Moral, Sikap dan Nilai..............................................................           4         
B.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral..........................           5         
D.Tahap-Tahap Perkembangan Moral.............................................................           6
E.   Aspek perkembangan moral pada fase perkembangan anak-anak.............            9

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran…………………………..…………………………         11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………        12




KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, atas segala limpahan karunia serta limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga Makalah yang berjudul “Perkembangan Moral Anak Usia Dini” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Meskipun segala upaya dan pikiran telah penulis tuangkan, tetapi penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan selanjutnya.
Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan imbalan yang sesuai dengan ridho ALLAH SWT. Penulis berharap semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama untuk meningkatkan mutu pendidikan di PAUD.



                                                                                                            Surabaya, 20 MEI 2015



        BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
            Masalah moral merupakan masalah yang sekarang ini sangat banyak meminta perhatian, terutama bagi para pendidik, ulama, pemuka masyarakat dan para orang tua. Tidak henti-hentinya kita mendengar berita tentang tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak, seperti yang terjadi di beberapa daerah yang hampir setiap minggu diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Bagi warga Ibukota bukan suatu hal yang aneh apabila mendengar atau melihat anak-anak sekolah melakukan tawuran (perkelahian antar pelajar) yang tidak sedikit menimbulkan sejumlah korban. Diperlukan waktu yang panjang dan upaya pendidikan yang sungguh-sungguh untuk mengatasi kondisi ini. Pendidikan dalam hal ini diartikan secara luas, yaitu sebagai upaya untuk mentransformasikan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan tertentu dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Pendidikan merupakan alat strategis untuk membentuk dan mengembangkan nilai, sikap dan moral dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Adapun moral sama dengan etika, atau kesusilaan yang diciptakan oleh akal, adat dan agama, yang memberikan norma tentang bagaimana kita harus hidup.
            Nilai moral pada dasarnya adalah mengupayakan anak mempunyai kesadaran dan berprilaku taat moral yang secara otonom berasal dari dalam diri sendiri. Dasar otonomi nilai moral adalah identifikasi dan orientasi diri. Pola hidup keluarga (ayah dan Ibu ) merupakan “model Ideal” bagi peniruan dan pengindentifikasian perilaku dirinya.
            Otomisasi nilai moral dalam diri anak berlangsung dalam dua tahap, yaitu pembiasaan diri dan identifikasian diri. Merujuk pada sistem moral Spranger, nilai-nilai moral yang diupayakan bagi kepemilikan dan pengembangan dasar – dasar disiplin diri mencakup lima nilai, yaitu nilai-nilai ekonomis, social,politis, Ilmiah, estetis dan agama dalam sistem nilai spranger, nilai etik tidak berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari nilai religi.
            Hubungan antara disiplin diri dengan nilai ini merupakan konsep nilai moral yang memungkinkan orang tua untuk membantu anak dalam memiliki dasar disiplin diri.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut  :
1.       apakah pengertian moral menurut para ahli
2.       Bagaimanakah perkembangan moral anak usia dini
3.       faktor-faktor apa saja  yang mempengaruhi moral anak






       BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Moral, Sikap dan Nilai

            Moral berasal dari kata latin “mores” yang berarti tata cara , kebiasaan, dan adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang dikembangakan oleh konsep moral. Yang dimaksud dengan konsep moral ialah peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Konsep moral inilah yang menentukan pola perilaku yang diharapakan dari seluruh anggota kelompok.
            Menurut piaget (sinilungan, 1997), hakikat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan. Selanjutnya, kohlberg (gnarsa, 1985) mengemukakan bahwa aspek moral adalah sesuatu yang tidak dibawa dari lahir, tapi sesuatu yang berkembang dan dapat diperkembangkan/dipelajari. Perkembangan moral merupakan proses internalisasi nilai/norma masyarakat sesuai dengan kematangan dan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap aturan yang berlaku dalam kehidupannya. Jadi, perkembangan moral mencangkup aspek kognitif yaitu pengetahuan tentang baik/buruk, benar/salah, maupun aspek afektif yaitu sikap perilaku moral itu dipraktekkan. piaget mengajukan perkembangan moral, yang digambarkan pada aturan permainan. Menurut beliau hakekat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan.
Piaget membagi perkembangan menjadi 3 fase yaitu:
            a. fase absolut
anak menghayati peraturan sebagai suatu hal yang dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormatinya. Disini peraturan sebagai moral adalah obyek eksternal yang tidak boleh diubah.
            b. fase realitas
anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang lain. Peraturan dianggap dapat diubah, karena berasal dari perumusan bersama. Mereka menyetujui perubahan yang jujur dan disetujui bersama, serta merasa bertanggung jawab menaatinya.
            c. fase subyektif
anak memperhatikan motif/kesengajaan dalam penilaian perilaku. Perkembangan moral dipengaruhi upaya membebaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, meningkatkan interaksi dengan sesama dan berkontak dengan pandangan lain. Dengan interaksi yang bertambah luas anak makin mampu memahami pandangan orang lain dan berbagi aturan untuk kehidupan bermoral dalam kebersamaan. Disamping perilaku moral ada juga perilaku tak bermoral yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial karena sikap tidak setuju dengan standar sosial yang berlaku atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri, serta perilaku amoral atau nonmoral yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial karena ketidakacuhan atau pelanggaran terhadap standar kelompok sosial.
            Sikap adalah perilaku yang berisi pendapat tentang sesuatu. Dalam sikap positif tersirat sistem nilai yang dipercayai atau diyakini kebenarannya. Nilai adalah suatu yang diyakini, dipercaya, dan dirasakan serta diwujudkan dalam sikap atau perilak. Biasanya, nilai bermuatan pegalaman emosional masa lalu yang mewarnai cita-cita seseorang, kelompok atau masyarakat. Moral merupakan wujud abstrak dari nilai-nilai, dan tampila secara nyata/kongkret dalam perilaku terbuka yang dapat diamati. Sikap moral muncul dalam praktek moral dengan kategori positif/menerim, netral, atau negatif/menolak.
            Anak yang bersikap positif atau menerima nilai-nilai moral, diekspresiakan dalam perilaku yang bersimpati dalam berinteraksi dengan nilai dan orang disekitarnya, seperti mau menerima, mendukung, peduli, dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Sikap moral yang netral diekspresikan dalam perilaku sikap tidak memihak (mendukung atau menolak) terhadap nilai yang ada di masyarakat. Siakp moral yang negatif diekspresikan dalam perilaku menolak yang diwarnai emosi dan sikap negatif seperti kecewa, kesal, marah, benci, bermusuhan, dan menentang, perhadap nilai moral yang ada di masyarakat.

B.           Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama orang tua. Dia belajar untuk mengenal nilai-nilai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan moral anak, peran orang tua sangat penting terutama ketika anak masih kecil.
Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak sebagai berikut :
1.      Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau memperbolehkan tingkah laku tertentu kepada anak.
2.      Sikap orang tua dalam keluarga
Secara tidak langsung sikap orang tua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya dapat mempengaruhi perkembangan moral anak yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orang tua yang otoriter cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orang tua adalah sikap kasih sayang, keterbukaan, musyawarah, dan konsisten.
3.      Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
Orang tua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orang tua yang menciptakan iklim yang religious dengan member bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
4.      Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma
Orang tua yang tidak menghendaki anaknya berbohong maka mereka harus menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong. Apabila orang tua mengajarkan kepada anak agar berperilaku jujur, bertutur kata yang sopan, bertanggung jawab atau taat beragama tetapi orang tua sendiri menampilkan perilaku sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orang tuanya.

            Pada sikap dan perilaku moral tersirat nilai- didik menjadi anak yang baik, danbersikap moral secara baik dan benar.
Nilai adalah suatu yang diyakini, dipercayai, dirasakan dan diwujudkan dalam sikap/perilaku.

Anak dilahirkan tanpa moral (imoral) sikap moral untuk berperilaku sesuai nilai-nilai luhur dalam masyarakat belum dikenalnya. Intervensi terprogram melalui pendidikan, serta lingkungan sosial budaya, mempengaruhi perkembangan struktur kepribadian bermuatan moral. Ini dialami dalam keluarga bersama teman sebaya dan rekan-rekan sependidikan, kawan sekerja/kegiatan ditengah lingkungan.

a. Perubahan dalam lingkungan

Perubahan dan kemajuan dalam berbagai bidang membawa pergeseran nilai moral serta sikap warga masyarakat ditengah perubahan dapat terjadi kemajuan/kemrosotan moral. Perbedaan perilaku moral individu sebagian adalah dampak pengalaman dan pelajaran dari lingkungan nilai masyarakatnya. Lingkungan memberi ganjaran dan hukuman. Ini memacu proses belajar dan perkembangan moral secara berkondisi.

b. Struktur kepribadian

Psiko analisa (freud) menggambarkan perkembangan kepribadian termasuk moral. dimulai dengan sistem ID, selalu aspek biologis yang irasional dan tak disadari. Diikuti aspek psikologis yaitu subsistemego yang rasional dan sadar. Kemudian pembentukan superego sebagai aspek sosial yang berisi sistem nilai dan moral masyarakat.
Ketiga subsistem kepribadian tersebut mempengaruhi perkembangan moral dan perilaku individu. Ketidakserasian antara subsistem kepribadian, berakibat seseorang sukar menyesuaikan diri, merasa tak puas dan cemas serta bersikap/berperilaku menyimpang. Sedang keserasian antara subsistem kepribadian dalam perkembangan moral akan berpuncak pada efektifnya kata hati (superego) menampilakan watak/perilaku bermoral seseorang.
Ada sejumlah faktor penting yang mempengaruhi perkembangan moral anak (Hurlock, 1990).

1. Peran hati nurani atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan salah apabila anak dihadapkan pada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan atas tindakan yang harus dilakukan.

2. Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berperilaku tidak seperti yang diharapkan dan melanggar aturan.

3. Peran interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.
nilai yang dianut berkaitan dengan nilai mengenai sesuatu yang dikatakan baik dan benar, patut, dan seharusnya terjadi. Sikap moral sebagian besar diteruskan dari generasi ke generasi melalui proses pendidiakan seumur hidup. Ada nilai-nilai yang perlu dipertahankan, ada yangdiasimilasikan ke arah kemajuan atau perubahan progresif, tetapi ada juga yang berubah atau bergeser karena berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sebagai guru, anda perlu memahami perkembangan sikap moral agar dapat membantu peserta didik mengembangkan sikap moral yang dikendaki, mendidik peserta



C. Tahap-tahap Perkembangan Moral
Adapun tingkat dan tahap  perkembangan moral yang dikenal diseluruh dunia yang di kemukakan oleh kohlberg (1958) sebagai berikut:

Tingkat
Tahap
1. Pr1. Prakonvensional
Pada tingkat ini aturan berisi aturan moral yang dibuat berdasarkan otoritas. Anak tidak melanggar aturan moral karana takut ancaman atau hukuman dari otoritas. Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak,

2. Konvensional
Semua perbuiatan dianggap baik oleh anak sesuai dengan otoritas teman sebaya.





3. Pasca Konvensional
Aturan dan institusi dari masyarakat tidak dipandang sebagai tujuan akhir tetapi diperlukan sebagai subjek. Anak menaati aturan karena takut hukuman kata hati.
1.      Orientasi Terhadap Kepatukan dan Hukuman
Pada tahap ini anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ini ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Anak harus menurut, atau kalau tidak, akan mendapat hukuman.


2.      Orientasi hedonistic adalah suatu perbuatan dinilai baik jika berfungsi sebagai alat pemenuh kebutuhan dan kepuasan diri

3.      Orientasi anak yang baik, tindakan dinilai baik jika menyenangkan bagi orang lain

4.      Orientas keteraturan dan perilaku baik dengan menunaikan kewajiban, menghormati otoritas dan memelihara ketertiban social

5.      Organisasi control social legalistic, perbuatan dinilai baik jika sesuai perundang – undangan


6.      Orientasi kata hati, kebenaran ditentukan dengan kata hati











Menurut J. Bull perkembangan moral dibagi menjadi 3 yaitu:
            a. tahap anomi ketidakmampuan moral bayi. Moral bayi barulah suatu potensi yang siap dikembangkandalam lingkungan.
            b. tahap heteronomi
dimana morral yang berpotensial dipacu berkembang orang lai/otoritas melalui aturan dan kedisiplinan.
            c. tahap sosionomi dimana moral berkembang ditengah sebaya/dalam masyarakat, mereka lebih menaati aturankelompok dari pada aturan otoritas.
            d. tahap otonomi moral yang mengisi dan mengendalikan kata hati serta kemampuan bebasnya untuk berperilaku tanpa tekanan lingkungan.
            e. Cara Mempelajari Sikap Moral
Sikap dan perilaku moral dapat dipelajari dengan cara berikut :
1. Belajar melalui cob/ ralat (tryal and error). Anak mencoba belajar mengatahui apakah perilakunya sudah memenuhi standart sosial dan persetujuan sosial atau belum. Bila belum, maka anak dapat mencoba lagi sampai suatu ketika secara kebetulan dapat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pendidikan langsung yang dilakukan dengan cara anak belajar memberi reaksi tertentu secara tepat dalam situasi tertentu, serta dilakukan dengan cara memenuhi peraturan yang berlaku dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar.
3. Identifikasi dengan orang yang dikaguminya. Cara ini biasanya dilakukan secara tidak sadar dan tanpa tekanan dari orang lain. Yang penting ada teladan dari orang yang diidentifikasikan untuk ditiru perilakunya.
            Pendidikan saat ini umunya mempersiapkan peserta didik memilki banyak pengetahuan, tetapi tidak tahu cara memecahkan masalah tertentu yang dihadapai dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Pendidikan lebih mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anak yang pandai dan cerdas, tetapi kurang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anak yang baik. Masalah berkenaan dengan baik dan buruk menjadi kajian bidang moral.
            Demikian juga dalam mengembangkan aspek moral peserta didik berarti bagaimana cara membantu peserta didik untuk menjadi anak yang baik, yang mengetahui dan berperilaku atau bersikap berbuat baik dan benar. Sikap dan perilaku moral dapat dikembangkan melalui pendidikan dan penanaman nilai/ norma yang dilakukan secara terintegrasi dalam pelajaran maupun kegiatan yang dilakukan anak di keluarga dan sekolah. Pendidikan bukan hanya mempersiapkan anak menjadi manusia cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang baik, berbudi luhur, dan berguna bagi orang lain.
            f. implikasinya bagi pendidikan pengembangan moral melalui pendidikan mestinya bukan hanya mengajarkan nilai-nilai sebagai slogan saja. Hal ini tampak pada moral yang diyakini penganut dan moral budaya yang diterima wargamasyarakat. Proses pendidikan dan pembelajaran moral diteladankan orang tua dan dilakukan secara terpadu (integrated) pada tiap peluang dalam semua kegiatan sekolah.disana pendidik mengajarkan keteraturan hidup, disiplin serta melatih dan membiasakan peserta didik bermoral dalam perilaku dan kegiatannya. Otoritasmendukung berbagai kegiatan pengembangan moral warga masyarakat sebagai bagian upaya membangun karekter manusia indonesia seutuhnya. Cara yang ideal adalah dengan memantapkan pancasila melalui keteladanan pendidik pada umumnya kepada warga bangsa sebagai peserta didik sepanjang hayat. Disini berproses pembangunan watak bangsa.

E.       Aspek perkembangan moral pada fase perkembangan anak-anak

1.      Fase Prasekolah (usia taman kanak-kanak)
Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun. Anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai laki-laki atau perempuan, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya). Sedangkan untuk perkembangan moralnya adalah sebagai berikut :
            Pada masa ini anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain (orang tua, saudara dan teman sebaya) anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik ataupun buruk. Berdasarkan pemahaman itu, maka pada masa ini anak harus dilatih dibiasakan mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku (seperti mencuci tangan sebelum makan).
            Pada saat mengenalkan konsep baik-buruk atau menanamkan disiplin pada anak orang tua atau guru hendaknya memberikan penjelasan tentang alasannya (seperti mengapa sebelum makan harus cuci tangan). Penanaman disiplin disertai dengan alasan diharapkan akan mengembangkan self control atau self discipline (kemampuan mengendalikan diri atau mendisiplinkan diri berdasarkan kesadaran sendiri) pada anak. Apabila penanaman disiplin ini tidak disertai penjelasan tentang alasannya atau bersifat doktriner biasanya akan melahirkan sikap disiplin buta, apalagi jika disertai dengan perlakuan kasar.
            Dalam rangka membimbing perkembangan moral anak pra sekolah ini, sebaiknya orang tua atau guru-guru TK, melakukan upaya berikut :
a.       Memberikan contoh atau teladan yang baik dalam berperilaku atau bertutur kata.
b.      Menanamkan kedisiplinan kepada anak dalam berbagai aspek kehidupan seperti   memelihara kebersihan atau kesehatan, tata krama.
c.       Mengembangkan wawasan tentang nilai-nilai moral kepada anak baik melalui pemberian informasi atau melalui cerita, seperti tentang : riwayat orang-orang yang baik (para nabi dan pahlawan).

2.      Fase Anak Sekolah (Usia Sekolah Dasar)
Fase ini dimulai sejak anak-anak berusia 6-12 tahun atau sampai seksualnya matang. Kematangan seksual ini sangat bervariasi baik antara jenis kelamin maupun antarbudaya yang berbeda. Anak-anak sudah lebih menjadi mandiri. Pada masa inilah anak paling peka dan siap untuk belajar dan dapat memahami pengetahuan serta selalu ingin bertanya. Sedangkan untuk perkembangan moralnya adalah sebagai berikut :
            Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan moral sejak usia dini merupakan hal yang seharusnya karena informasi yang diterima mengenai benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman tingkah lakunya kemdian hari.
            Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Misalnya, dia menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatab jujur, adil dan sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan sesuatu yang benar atau baik.

·         Contoh kasus perkembangan moral pada fase perkembangan anak
            Perkembangan pada anak tidak sedik dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya. Di usianya yang masih muda mereka sudah mulai mencontoh tingkah laku para orang dewasa seperti cara berbicara para orang dewasa. Terkadang para orang dewasa mengatakan kata-kata yang tak pantas di katakan atau dapat dikatakan kata-kata kasar. Kata-kata kasar itu ditiru oleh para anak kecil karena mereka tidak tau mana yang baik dan tidaknya untuk diucapakan dan semua  itu menggangu perkembangan moral pada fase anak-anak. Semakin sering kata-kata itu didengar oleh anak kecil maka mereka akan berfikir bahwa kata-kata itu biasa dan boleh diucapkan bahkan tidak sedikit yang terbawa sampai fase-fase selanjutnya.
Hal terjadi kerana kurangnya perhatian dari orang tua  dan pengawasan pada pola perkembangan anaknya. Selain itu adanya oknum-oknum yang secara tidak sadar mengajari anak-anak untuk berkata-kata kasar. Dan banyak  faktor lain yang mempengaruhi.
Para  orang tua harus lebih mengawasi dan memperhatikan anaknya agara pola-pola perkembangan yang tidak baik dapat dicegah dan ditanggulangi. Selain itu pendidik formal juga dapat membantu memberikan pengarahan mana kata-kata yang pantas dan tidak untuk diucapkan.



                                                            BAB    III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Moral adalah sikap perilaku seseorang yang didasari oleh norma - norma hukum yang berada dilingkungan tempat dia hidup. Jadi seseorang dapat dikatakan memiliki moral adalah ketika seseorang sudah hidup dengan mentaati hukum - hukum yang berlaku di tempat dia hidup.Sedangkan Menurut Lawrence Kohlberg. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya. Menurut Kohlberg ada 6 tahapan perkembangan moral yang dapat teridentifikasi, hal ini didasarkan pada teorinya yang berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis,. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif.
            Menurut penjelasan yang ada di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap anak perlu mempunyai sikap moral yang positif. Terdapat beberapa fase dalam perkembangan moral yakni : fase absolut, fase realistis, fase subyektif. Secara umum ada beberapa tahap perkembangan moral menurut kohlberg yakni, tahap prokonvensional, tahap konvensional, Tahap pascakonvensional dan menurut J. Bull perkembangan moral dibagi menjadi 3 yaitu: tahap anomi, tahap heteronomi, tahap sosionomi, tahap otonomi

B.     Saran

Sebagai seorang konselor kita seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan moral pada anak sehingga kita dapat mengupayakan pengembangan moral. Contoh dari upaya-upaya pengembangan moral adalah menciptakan komunikasi yang baik sehingga anak-anak harus dirangsang menjadi lebih aktif, menciptakan iklim lingkungan yang serasi dan mendorong perilaku dan pengembangan moral di dalam kelas.

 



DAFTAR PUSTAKA

file:///H:/paud%20dedhy/perkmbangan%20moral%20pada%20anak%20usia%20dini%20_%20agustianin1201110021.html

https://abdiplizz.wordpress.com/2011/04/19/perkembangan-moral/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar